Kamis, 13 November 2014
Arti Kegagalan
Bismillah...
“Sekali
lagi aku gagal...” itulah yang terlintas dalam benakku ketika gagal
mengantarkan kebanggaan kepada orangtua, sekolah, dan terlebih agamaku dalam
ajang perlombaan tingkat SMA yang aku ikuti beberapa waktu lalu. Rasa galau dan
putus asa sempat menghantuiku, dan ini bukanlah kali pertama aku merasakannya.
Rasa lemah tak berdaya dihadapan para pemenang.
Sebenarnya
aku bukan orang yang bodoh-bodoh amat,-alhamdulillah- aku merasa bahwa Allah
memang telah memudahkan segalanya bagiku, terutama dalam belajar dan memahami
sesuatu. Hal ini terbukti bahwa aku bisa meraih nilai terbaik di internal
sekolah hampir di setiap mid-semester dalam pelajaran tertentu -alhamdulillah- .
Tapi kemudian aku berfikir bahwa seorang perenang ulung tidaklah berenang di
laut tenang, mereka pergi melawan badai dan ombak. Itulah yang kemudian
mendorongku untuk tidak hanya puas dengan hasil internal, melainkan menantang
diri agar berprestasi di luar. Ternyata berprestasi di luar tidaklah mudah,
melihat lawan saja sebenarnya hatiku bergetar takut, dengan seluruh kehebatan
mereka yang hampir setiap tahun menjuarai event perlombaan. Kucoba tuk
menguatkan hati ini, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Allah lah
pemilik kerjaan langit dan bumi, jadi aku yakin bahwa bisa karna kemenangan itu
hanya milik Allah. Bukankah islam itu sempat menguasai dunia? Bukankah islam
sempat menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia? Hatiku pun
bergelora, penuh semangat dan membara. Tujuanku adalah mengembalikan
kepercayaan diri ummat muslim, bahwa kita adalah ummat terbaik dan harus menjadi
yang terbaik pula dalam segala bidang.
Semangat
jihad berkobar dalam hati untuk membuktikan bahwa muslim dapat menjadi juara,
yang biasanya di dominasi oleh non-muslim. Greget
memang menyadari bahwa di setiap event perlombaan hampir sebagian besar juara
didominasi oleh non-muslim. Kemana perginya ummat muslim yang dikatakan ummat
terbaik?
Waktu pun
terus berjalan, dan memang waktulah yang akan membuktikan. Beberapa kekalahan kualami, meskipun aku dapat bangkit
dan mencoba lagi, aku mulai mempertanyakan diriku dalam perjuangan ini. Mengapa
sebegitu mudahnya aku gugur? Aku mulai meneliti persiapan dan niat, baik itu persiapan
otak maupun mental, karna aku yakin bahwa impian tidak dapat muncul begitu saja
di depan mata, melainkan harus dikejar dan diraih. Tapi entah mengapa selalu
ada sebab yang membuatku lagi-lagi gugur. Apa rahasia lawanku? Mengapa mereka yang non-muslim
bisa? Apa karna mereka tidak shalat 5 waktu sehingga belajar lebih banyak? Apakah
karena mereka tidak menghafal al-qur’an sehingga mudah untuk belajar? Apakah
karna mereka tidak terikat aturan islam sehingga bisa bebas belajar? Bagiku
pasti bukan itu alasanya, semua itu tidak berpengaruh, justru shalatlah yang membuat
seseorang itu kuat, al-qur’an lah yang membuat seseorang itu hebat, dan hukum
islamlah yang membuat seseorang itu luar biasa. Bukankah semua ilmuwan islam
dahulu adalah orang-orang yang rajin shalatnya, banyak hafalan qur’annya, dan
mereka adalah orang-orang yang taat akan agamanya.
Dalam setiap sujud dan do’a, aku
terus berdo’a agar suatu saat diizinkan menjadi pemenang. Aku berkhusnudzon pada Allah
bahwa Dia mempunyai rencana lain untukku. Semua ini pasti tidaklah sia-sia. Kuanggap
semua kegagalan saat ini sebagai batu loncatanku untuk menjadi yang terbaik
menuju kemenangan yang semakin besar dimasa mendatang.
Tanpa melupakan nikmat-Nya, aku pun
pernah menjadi yang terbaik, dan yang perlu kulakukan saat ini hanyalah
bertahan lebih lama dari yang lain untuk menjadi lebih hebat, seperti kata Einstein
bahwa “untuk menjadi hebat, kau hanya
perlu bertahan lebih lama dari yang lain”. Begitu pula yang dilakukan Edison dalam
eksperimen bola lampunya untuk bertahan lebih lama, yaitu ratusan kali gagal
hingga akhirnya berhasil.
Dari kegagalanku ini aku semakin
semakin banyak belajar, belajar mengenai diriku, tujuan-tujuan hidupku, dan
perlahan belajar mengenal Tuhan-ku, Allah. Aku yakin inilah jalan terbaik yang Allah
sediakan untukku,
"...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui. " (Qs Al-baqarah 2: 216.)
Ya Allah, sungguh aku telah ridho
atas semua ketentuanMu padaku, aku yakin semua ketentuanMu adalah yang terbaik
bagiku, terimakasih Ya Allah, semua itu adalah bentuk cintaMu padaku, maka
terimalah juga cintaku padaMu. Love You Allah, :D.
Terimakasih kegagalan telah mengajariku banyak hal.
Terimakasih kegagalan telah menjadikanku lebih kuat agar
bisa menenggelamkanmu dan meraih kemenangan.
Terimakasih kegagalan karna telah menjadi bahan bakar bagi
gelora semangat di hatiku.
Terimakasih kegagalan dunia karna telah menjadi kendaraan
untuk meraih kemenangan di akhirat kelak.
Wallahu’alam....
Bogor,
11 November 2014
Label:
Kehidupan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
thanks bad.... kau tau bad... setiap ku berada di dekat mu ... membuatku sadar ...
apakah itu mimpi...?
apakah itu cinta.?
apakah itu artisahabat?
kau tau bad ... ku ingin jujur ....
bersamamu ... banyak mimpi dan harapan yang tlah mewarnai bagian hidupku.....
pernah ku bertanya pada diriku ini bad... "kenapa aku harus mengenalmu?" kenapa aku harus ..... apayah... susah kutuliskan... bad ...
kenapa pemilik jiwaku ingin ku mengenalmu... aku bertanya pada pemilik hatiku...
'wahai pemilik hatiku kenapa, ku harus mengenalnya .... ? " kau tau bad apa yang kurasakan .... ? hati ini merasakan sesuatu yang indah... kau tau itu ? ...
"kepercayaan diri" itu lah yang ku rasakan ketika ku mengenalmu... itulah pemilik hatiku ingin ajarkan dari dirimu kepadaku.... thanks saudaraku ....ibad... ku harap suatu saat ku bisa bertemu denganmu lagi ... ^_^
Iya...makasih... :D
Posting Komentar